Lama
sudah tak ku latih jemari – jemariku menyampaikan isi hati
melalui pikiran –
pikiran yang terkadang melintas di kepalaku. Ide – idenya sering kali muncul. Tapi
entah kenapa terkadang enggan untuk menyampaikan, bahkan hanya menulisnya dalam
sebuah kertas. Apa daya ide tersebut kemudian dilupa begitu saja. Kali ini aku
tak ingin menyianyiakan lagi. Aku tidak sedang berkarya, bercerita, ataupun
berpuisi. Aku ingin mencurahkan isi hati lebih tepatnya.
Sekarang
tibalah saatnya aku menduduki kelas XII. Masa dimana Ujian Nasional dan
Perguruan Tinggi Negri menjadi momok yang benar – benar dipersiapkan sedemikian rupa.
Beberapa hari yang lalu kabar baik sedang menghampiri keluargaku, lebih
tepatnya kabar gembira untuk kakakku. Alhamdulillah dia diterima di UGM
Fakultas Kehutanan. Pada awalnya orang tuaku sudah pasrah. Beberapa pengumuman
yang sudah dilangsungkan sebelumnya dalam SNMPTN maupun SBMPTN tak ada yang membuahkan hasil. Tentu saja hal
tersebut membuat ibu dan bapak cemas, aku pun juga. Awalnya aku sempat minder,
melihat betapa perjuangan untuk memasuki jenjang perkuliahan memang tidaklah
mudah. Prioritas dan hasratku memperjuangkan UGM sebagai universitas impian
sempat surut. Sebelumnya kusempatkan melihat – lihat latihan soal SBMPTN maupun UM
di kamar kakakku, reaksiku ya datar saja. Masih bingung dengan soal – soal tersebut.
Ditambah lagi dia anak IPA, sedangkan aku IPS. Tentu sudah beda materinya.
Setelah
ibuku memberitahu bahwa kakakku diterima di UGM jujur aku kaget, kaget campur
seneng pastinya. Aku bangga !!. Dengan begitu ada jalan dan peluang yang telah
dimilikinya untuk menuntut ilmu di perkuliahan nanti. Selain itu, hal tersebut
bisa menjadi motivasi yang besar untukku. Aku tak boleh kalah dari saudaraku
sendiri. AKU HARUS LEBIH HEBAT DARINYA !. Begitulah kata hatiku setiap kali
mengingat akan hal tersebut. Semangat kemudian menggebu – gebu, berkobar
bak bara api dalam pembakaran batu bata. Berharap tak akan padam oleh apapun
yang menghalanginya. Sekali dua kali mungkin juga selebihnya aku sempat
bertanya pada diri sendiri. “Mungkinkah aku mendapat kesempatan yang sama
?,keberuntungan yang sama ?”. Hal yang wajar orang – orang tanyakan pastinya. Meskipun
ragu pernah menghampiri, aku menepisnya dengan prasangka baik saja. Bahwa
apapun yang terjadi nanti, Allah pasti memiliki rencana yang baik. Positive
Thinking atas apa yang kuyakini semoga benar – benar membuahkan hasil yang baik (Aamiin).
Beberapa
hari setelahnya, bapak dan ibu terus bertanya padaku, kelak
nantinya akan melanjutkan kemana, memilih jurusan apa, bekerja jadi apa. Aku
memang sudah sejak lama merencanakan masa depan. Tapi aku belum mendapatkan
kemantapan hari secara utuh. Terkadang juga masih bingung antara iya dan tidak.
Ibu bilang, alangkah lebih baik jika aku sholat istikhoroh dahulu sebelum menentukan pilihan. Pasrahkan semuanya pada yang
Kuasa, agar lebih yakin. Pilihanku awalnya memihak pada jurusan komunikasi,
pendidikan sosiologi, dan psikologi. Tapi ibu tak mengizinkan jika aku memilih
pendidikan sosiologi, alasannya karena lapangan pekerjaan dalam bidang tersebut tak begitu luas. Ya sudah aku menurut saja, aku
juga masih awam perihal jurusan yang kupilih tersebut.
Mungkin dari kelas X aku menyukai pelajaran sosiologi maka aku berminat untuk
memperdalam ilmunya. Tapi saran tak ada salahnya kita dengarkan. Aku tinggal
mempertahankan prodi komunikasi dan psikologinya untuk mencari tahu lebih
banyak informasi. Jujur aku tertarik sekali dengan komunikasi, entah sejak
kapan. Keinginan untuk menjadi wartawan, reporter, bagian perfilman, instasi perusahaan majalah maupun televisi
masih menjadi do’a dalam setiap sujudku. Aku juga ingin keliling dunia sembari
bekerja. Tapi….
Melihat bahwa posisiku sebagai “perempuan” akan menjadi kemungkinan kecil bagi keluargaku mengizinkan hal tersebut.
Banyak
orang bilang, “Setinggi – tingginya perempuan menuntut ilmu, pasti larinya akan kedapur juga”.
Diantara pantas dan tidak pantas tergantung penilaian seseorang akan hak – hak perempuan
untuk mendapatkan derajat yang sama. Beruntunglah ada R.A Kartini yang telah mengusung emansipasi wanita. Setidaknya pilihan hidup yang dijalani
masyarakat setelahnya lebih cerah. Termasuk masa sekarang yang sedang kita
jalani. Untuk itu, aku ingin berjuang dulu dengan obsesi yang bergelantungan disetiap mimpi dalam tidurku.
Semoga Allah menghendaki apapun yang baik untukku dan bermanfaat bagi
masyarakat banyak ( Aamiin).
0 komentar:
Posting Komentar