Bangunan
bertingkat bernuansa merah muda. Bak kapal pesiar yang sedang berhenti di
pinggiran dermaga. Apalagi jika dilihat pada suasana malam. Tempat ini indahnya
bukan main. Namun, satu tahun lebih aku tak berdomisili di sana lagi. Tempat
dimana dulu aku menimba ilmu. Kami menyebut tempat ini “Penjara Suci”.
Bagaimana bisa tempat yang tergolong bagus ini disebut penjara suci ?. Memang
bisa, karena tak semua orang berminat untuk tinggal disana, tantangan yang
harus di jalani bisa jadi lebih banyak. Mulai dari jauh dari orang tua,
ditambah lagi banyaknya mata pelajaran yang di berikan, lalu ditargetkan untuk
menghafalkan Al-Qur’an. Awalnya, mungkin orang – orang yang tak sepaham akan
memandang sebelah mata. Tapi jika dirasakan, seharusnya aku bangga. Bangga karena
pernah di beri kesempatan menambah pengalaman disana. Tidak mudah memang,
karena dulu aku pernah minta pindah saat kelas 1 SMP. Dan pada akhirnya, aku
memilih untuk bertahan, karena banyak teman – teman yang menguatkanku untuk
tetap tinggal.
3 tahun mondok
disini ternyata cukup singkat karena sudah kulewati. Suka duka selama itu
kadang membuatku meminta untuk kembali. Ingin rasanya mengulang kenangan –
kenangan yang tak terlupakan. Salah satunya mempunyai teman-teman dari berbagai
pelosok nusantara, ada yang dari Sulawesi, Sumatra, Papua, Jakarta, Kalimantan,
Bali, dan masih banyak lagi. Tapi perbedaan diantara kami bukan berarti
menjadikan diskriminasi datang, justru karena hal itu kami menilainya sebagai
pelengkap. Aku ingin menceritakan sedikit tentang rutinitas selama di sana.
Mulai dari shubuh seperti biasa sholat berjama’ah, disini setiap memasuki waktu
sholat harus berjama’ah di mushola asrama, sebelum adzan biasanya ada
penghitungan waktu dari 1 – 10 agar semuanya berkumpul di ruangan sholat. Lalu
yang terlambat akan di beri iqob ( hukuman ). Kadang kala aku sering di Iqob
juga sih, tapi disinilah aku di beri pelajaran tentang kedisiplinan untuk
selalu sholat tepat waktu. Setelah itu, ada jadwal tahfidz ( setor hafalan
qur’an ). Tapi kebanyakan setelah sholat shubuh langsung balik ke kamar dan
langsung antri mandi. 1 kamarnya waktu itu diisi 6 anak, jadi nggak bisa
berlama – lama mandinya, kasihan yang dapat antrian terakhir, bisa jadi dia
nggak dapet jatah mandi. Kalau mandi sudah kelar, saatnya ambil jatah makan,
enak nggak enak tetep harus di makan. Setelah itu langsung berangkat ke
sekolah. Nah waktu aku disana, yang akhwat (perempuan) belum punya gedung sekolah pribadi. Jadi,
kami istilahnya mengontrak di SD milik warga yang sudah tidak di pakai. Jarak
dari asrama ke sekolah pun tidak dekat. Bisa dibilang lumayan jauh sih, dan itu
melewati pemukiman warga dan sawah. Kalau dijalani bebarengan rasa lelah itu
kadang nggak terasa, kadang pula harus berlarian biar nggak terlambat dan nggak
kena iqob.
Proses belajar
mengajar kurang lebih sampai jam 13.00
WIB. Hampir sekitar 30 mata pelajaran yang diajarkan setiap minggunya, itu
sudah termasuk pelajaran umum dan diniyah. Namun yang sering terjadi, masih
banyak pelajaran kosong saat KBM. Mungkin dari jarak dan gurunya waktu itu
belum banyak. Jadi rasa bosan itu kerap kali datang saat pelajaran kosong,
ditambah lagi kami dilarang membawa alat elektronik yang bisa digunakan sebagai hiburan. Kalau nekat
sih ada beberapa yang bawa, cuma.... resikonya di sita dan dibanting kalau
ketahuan uztadzah. Alhamdulillah aku belum pernah bawa, karena waktu itu memang
belum di belikan ceritanya :D. Lanjut ke topik awal, setelah sekolah usai kami
dibebaskan untuk beraktivitas. Tapi masih di lingkungan asrama, biasanya aku pulang
sekolah sih nyuci baju. Kalau yang banyak duit dan lagi malas nyuci disediakan
laundry.
Sore harinya
setiap Sabtu & Minggu ada extra Tapak Suci & Pramuka. Biasanya pada
seneng tuh kalau lagi extra, soalnya bisa keluar asrama, meskipun cuma di
lapangan atau di sekolah yang ikhwan ( laki- laki ). Terus tapak suci &
pramukanya di gabung ikhwan sama akhwat, pada curi – curi pandang deh itu mata.
Maklum jaman – jaman anak muda sukanya gini. Lalu kalau setiap malam jum’at ada
yang namanya “Muhadhoroh”. Sekilas seperti Inagurasi gitu, tapi ada penampilan
ber pidato, mulai dari pidato Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, sama Bahasa
Inggris dan ini nggak boleh bawa text, jadinya harus ngehafalin. Gugup banget
waktu itu aku dapet jatah pidato bahasa arab, ngehafalinnya lumayan sih,
lumayan susah. Trus terakhirnya ditutup dengan Haflah (hiburan) bisa drama,
ataupun nyanyi. Tiap minggu yang dapet jatah pidato, haflah, maupun petugas
dekorasinya sudah di jadwal. Jadi semua harus merasakan gimana rasanya pidato
di depan banyak orang, nampilin haflah, ataupun mendekor ruangan untuk
muhadhoroh.
Kemah akhir tahun di pantai Glagah
Jambore se DIY - Jateng di candi Prambanan
Hiking, pendakian puncak Gunung Ampon
Ini salah satu contoh, muhadhoroh. Menggunakan property seadanya :)
Yang berbeda
disini nggak ada Pelajaran olahraga sama Bahasa Jawa. Karena setiap Jum’at pagi
ada olahraga rutin + Mufrodhat (penambahan kosa kata bahasa arab). Kalau
pelajaran Bahasa Jawa di tiadakan karena banyak anak yang berasal dari luar
jawa dan mungkin belum bisa berbahasa jawa. Setelah 2 tahun disana, akhirnya
pas aku kelas 3 SMP, gedung untuk KBM sudah bisa di gunakan. Letaknya hanya di
samping asrama, sekitar 3 menit sudah sampai. Kadang kalau KBM lagi kosong,
suka pada nakal balik ke kamar, entah tidur atau cuma duduk – duduk. Biasanya
pas kelas 3 itu masa nakal – nakalnya, padahal juga mau ujian nasional. Kalau
pas kelas 2 harus tertib sama peraturan. Karena waktu itu jadi anggota OSIS,
hampir semua peraturan dipasrahkan ke OSIS. Jadi mau nggak mau ya kami harus
memberi contoh yang baik sama adik – adik kelasnya. Pernah sih waktu itu aku
dan temen – temen kabur ke warnet, jaman – jaman facebook masih rame. Kaburnya
rame – rame juga biar nggak takut, dan apesnya tetep ketahuan meskipun udah
sembunyi – sembunyi. Akhirnya di sidang sama Sie Keamanan yang SMA, trus di
iqob bersihin tempat sampah + kamar mandi. Dan parahnya, tempat sampahnya gede
–gede, tingginya hampir 1 meter. Itu, bauknya nggak usah dijabarin rasanya
gimana. Tapi karena yang di iqob banyak, kami malah seneng meskipun di lihatin
banyak orang dari jendela – jendela kamar. Selebihnya masih banyak pengalaman
yang ingin kuceritakan tapi tersimpan di diary sih. Hampir semua anak ahkwat
disana pasti punya diary. Isinya biasanya curhatan, keluhan, maupun harapan. 3
tahun disana aku udah namatin hampir 7 diary. Kalau aku baca – baca lagi tuh
isi diary kadang ngerasa ilfeel atau suka ketawa sendiri. Yah, maklum anak SMP
pemikirannya belum dewasa.
Mungkin ini saja
yang bisa ku ceritakan dari secuil pengalaman yang pernah ku lalui, tangannya
udah capek ngetik soalnya. Intinnya, mondok itu nyenengin kalau kita emang
bener – bener niat. Selain itu juga bisa jadi benteng buat diri kita sendiri.
Meskipun kalau di kategorikan, aku belum bener – bener sukses menimba ilmu
disana, tapi setidaknya aku bisa mengambil hikmah selama 3 tahun. Kalau aku
punya anak, pengen juga sih dipondokin gitu, duh mikirnya kejauhan ya. Semoga
tulisanku ini bermanfaat ya, walaupun agak gak mutu.
“Salam damai dari
saya, tetaplah menjadi pribadi yang baik dan semakin baik” :)
Ini ada beberapa foto saat si asrama
Lomba fashion show bebarengan dengan kartini day's
Ini saya dan teman seperjuanganku Salsabila Yasmin
Pulang dari KBM di Sekolah Jitar
Setelah ujian praktek di IBS
Muntilan,
06 April 2014
By Fathimah Az-Zahra
0 komentar:
Posting Komentar