Satu sajak yang indah untuk teman yang
ku miliki. Teman yang kurasa sangat jauh untuk ku rangkul. Terlalu sulit
menggandeng untuk bisa berjalan disampingku. Karena keakraban kami hanyalah
maya. Semua canda tawa yang tersimpan itu tidak ada pada dunia nyata. Bahkan
percakapan ini, mungkin menjadi jarak diantara kami. Kenyataannya tak ada
potongan hati yang tersimpan rapi untuk di ungkapan. Ini bisa jadi kebetulan
yang menguntungkan atau nasib yang menyebalkan. Aku harus berusaha lagi untuk
berpura-pura, menutupi segala yang kurasa, demi utuhnya pertemanan ini.
Mungkin semua akan terlihat sempurna
jika dia tak pernah tahu yang sebenarnya terjadi. Biarkan aku pantas di sebut
“pembohong ulung”, yang tak pernah jujur pada sang waktu. Aku hanya ingih kokoh
pada pendirian, untuk tetap menjaganya pada Rabb ku. Meskipun jenuh dan bosan
tak pernah absen menghampiri, tapi berkat
do’a yang terucap, kekuatan untuk bertahan selalu ada.
Kepandaian dan kepiawaiannya memang menggugah kekagumanku.
Bisa jadi ini akan menjadi motivasiku selama aku tak meragukannya.
Kepercayaanku sepertinya menancap pada papan yang pantas untuk di singgahi.
Keputusan ini bukan sembarang pemikiran yang biasa, bahkan juga bukan
kebetulan. Aku hanya bergurau saja untuk memusnahkan rasa, tapi keberuntungan
seperti mengikuti untuk tetap menatapnya menjadi penyemangat prestasi.
Tidak ku
pandang dari covernya saja, kelembutan hatinya sudah menyiratkan banyak
makna.Kepatuhan raganya semakin merunduk pada kehormatan. Tak kupungkiri bahwa
dia benar- benar mengagumkan. Kekaguman pada satu hati ciptaaNya yang membawa
berkah kebaikan. Semoga ke butaan itu menyelimuti pandangan yang kulalui , dan
kebisuan mewakili kata – kata yang ku simpan.
Tak
lupa kutuliskan sajak , untuk di kenang maupun di simpan, mungkin ini terlau
buruk rupa, tapi ke ikhlasan menutupi keburukanku.
Kugenggam sebongkah hasrat
Kurenggut
nyali yang melekat
Kusembunyikan
rasa yang memikat
Lalu
kuadukan pada gelap malam yang mencekat
Kini tak
kuduga sebelumnya
Akan
terjatuh pada sosok yang sama
Aku memang
manusia biasa
Yang tak pernah luput dari salah dan dosa
Yang tak pernah luput dari salah dan dosa
Aku tak berani membuka mulut
Hanya menatapnya penuh malu
Menyimpan rasa berbalut ragu
Mengambang raga terbujur kaku
Kepiawaiannnya
menggugah kekaguman
Kepandaiannya
menciptakan keanggunan
Bahkan
gerak-geriknya mmenciptakan jalan cerita
Cerita yang membawa aku dan kamu menjadi kita
Meskipun
tak pernah kau jamah keberadaanku
Tak
pernah kau hiraukan apa yang kurasa
Tak
pernah peduli pada apa yang terjadi
Aku dan
kamu tetap menjadi kita saat ini