Apa kamu pernah berpikir tentang sebuah pertemuan ? apa sebelumnya kamu
memang pernah berharap atas pertemuan itu?. Aku tahu, kita memang tak pernah
mengerti atas cerita yang akan dijalani. Kala itu aku pernah berharap, ketika mataku
bisa menatap dengan kebebasan tanpa pemilik namanya mengetahui. Aku bisa simpan
rahasia tentangnya. Tapi aku memilih untuk menyembunyikan. Meskipun aku tak
mendapatkan balasan atasnya, tapi hatiku merasa senang meski bahagia yang
tercipta tanpa alasan. Tanpa syarat, semua melekat dengan sendirinya. Sempat
malu untuk memulainya lebih dulu. Tapi aku tak ingin lakukan kesalahan yang
sama. Awalnya, jika kebebasan atas kekaguman itu tak berpihak kepadaku, aku tetap
berdiri ditempat yang sama. Bukan lantas tak berjuang, aku hanya ingin
menciptakan kesadaran.
Pada suatu ketika,
tanpa permintaan, harapan itu datang
membawa kejutan. Mungkinkah ini suatu kebetulan ? atau sebelumnya memang sudah
merasa bahwa begini adalah jalannya. Lalu inikah yang disebut sebuah
kehadiran?. Dan karenanya aku tersenyum dengan alasan. Rasa nyaman yang
tercipta setelahnya, terkadang membawaku lupa diri. Masa dimana hal yang tak
pernah kita ketahui, menjadi jembatan pengenalan diri. Hingga kini, semangat
itu kembali tumbuh meski dengan motivasi sederhana. Dengan sapaan selamat pagi
yang tak bosan kita ucap bersama, lalu menjadi kebiasaan.
Apa yang kita rasakan
diawal biasanya nampak sangat istimewa. Ketika setiap hari rutinitas tersebut
tak absen dilakukan, akan ada rasa yang berbeda. Meski tak ada yang berkurang
sedikitpun dari bulir-bulir perhatian. Ini bukan isyarat bahwa kau harus
berhenti disini. Mungkin hanyalah aba-aba bahwa setiap jiwa yang lelah butuh
istirahat. Selanjutnya segala pelampiasan atas keresahan nampak membingungkan
kedudukan. Lakukan saja kegiatan yang bisa hilangkan kegundahan. Bila
termometer diri sudah terlepas dari kejenuhan, maka yang indah akan tampak jelas
kembali.
Tapi, pada hekekatnya diri memang tak bisa
memaksakan sebuah perjalanan. Dan tahukah, bahwa yang terpikir dari setiap
pertemuan adalah bagaimana akhir dari kita. Bagaimana selanjutnya kita menempuh
jalan bila kelak arahnya tak lagi sama. Apakah ada kata-kata yang sanggup untuk
menguatkannya? Bahwa bila kau sadar, setiap pengalaman yang pernah kau miliki
bisa dijadikan cermin. Sebuah peringatan bahwa kita sudah berjalan cukup jauh,
tinggal bagaimana pilihan yang kau putuskan. Tapi ingatlah satu hal, jangan
sampai kau berjuang dengan keterpaksaan. Karena terpaksa membuat yang menyenangkan
menjadi menyakiti. Pikirkan tentang segalanya untuk merekatkan, untuk
mempertahankan yang pernah dimiliki bersama. Sejatinya keyakinan diri tak akan
mengkhianati bila ketulusan itu memang benar ada eksistensinya. Kuyakin ku bisa
bila kau bisa.