Sabtu, 25 Oktober 2014

Hanya Kiasan Rasa dalam Kata



Sudah lama aku tak berbicara soal rasa, tak merangkai puisi tentang asmara. Sebenarnya bukan tak sempat atau pun tak ingin. Aku hanya meminimalisir setiap kesalah pahaman yang muncul diantara asumsi – asumsi pribadi. Aku tak memungkiri, bahwa aku tak ubahnya makhluk lain yang juga memiliki hati dan cinta. Cinta kepada-Nya, cinta pada orang tua, cinta pada sesama, cinta dalam kategori pokok bagi diri kita. Tapi ada juga cinta dalam hal yang umum kita perbincangkan. Aku mengaku, aku memiliki, aku merasakan. 17 tahun menurut banyak orang adalah umur yang biasanya menjadi spesial dengan segala momentnya. Aku membenarkannya, bahwa di usia tersebut hadir sosok yang mungkin menjadi terspesial.
Terlalu banyak cerita tentang pertemuan ini, tentang percakapan kita. Bila boleh aku berharap, bila ceritanya menjadi indah, ingin rasanya aku berbagi pada dunia suatu saat nanti. Bila Allah mengizinkan, bila segalanya dipermudah, bila memang dipertemukan, tidak ada yang tidak mungkinkan ?. Asal kau tahu, setiap hari aku bagai manusia penuh harapan yang selalu berimajinasi dengan bayangan. Meskipun kadang aku seperti ditepis oleh kenyataan bahwa aku tak memiliki kedudukan. Aku, ibarat kapal kertas yang mengikuti saja alir sungai karena aku tak punya kendali. Aku tak tahu  arah  arus tersebut akan membawaku. Tapi..., setiap kubayangkan sesuatu akan indah di ujung sana. Aku tetap seperti kapal yang tegar menuruti alir meskipun panas dan hujan terus menerpa. Ada satu ketakutan di dalam benakku, bila kenyataannya aku harus tenggelam. Aku bisa percaya, aku pasti akan bangkit. Tapi aku bukan lagi menjadi kapal yang berhasil dalam tantangan, sehingga ceritaku hanya menjadi hal biasa tanpa keindahan,  dan begitu saja mudah dilupakan. Meskipun bila dimaknai,  ada sebuah pengorbanan yang  tak lekang oleh waktu.
Aku kembali sadar. Bahwa yang beku bisa mencair, bahwa yang padat bisa melebur. Seperti halnya pakaian yang dijemur terus menerus,  bisa saja luntur. Tapi... apakah hati juga seperti itu ? Bila terlalu lama dibiarkan, lalu akan menjadi seperti apa ?. Tuhaan, berulang kali pertanyaan itu selalu muncul dikala lelah. Mungkin hati hanya perlu istirahat sejenak, kemudian bisa kembali pulih seperti semula. Kalau bisa, kembali seperti saat pertama kali hati merasakan sesuatu yang berbeda. Tuhan, aku percaya, Engkau selalu memiliki rahasia indah, indah seperti kata-katanya kala itu. Entah indah yang Engkau persiapkan itu seperti apa, baik atau buruk, itu memang akan terjadi. Maka sebelumnya, biarkan bayangan dan angan-angan itu menjadi pilar – pilar semangat disetiap pagiku. Berikan waktu, agar motivasi mampu mengiringi kesuksesan kami. Tuhan, apa harapanku salah ? apakah harapanku ini pantas?. Lalu, apakah aku salah bila terus berharap ?

           

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates